Hal-hal yang memperkuat persatuan dan kesatuan :
1)       Pada 8 Maret 1950, Pemerintah Federal mengeluarkan Undang-Undang Darurat Nomor 11 Tahun 1950, yang isinya mengatur tata cara perubahan susunan kenegaraan negara RIS. Dengan adanya undang-undang tersebut hampir semua negara bagian RIS menggabungkan diri dengan NRI yang berpusat di Yogyakarta.
2)       RIS berunding dengan pemerintahan RI untuk membentuk negara kesatuan. Tanggal 19 Mei 1950 dicapai kesepakatan di dalam piagam perjanjian yang didalamnya menyebutkan Negara Kesatuan Republik Indonesia menggunakan undang-undang dasar baru yang merupakan gabungan dua konstitusi yang berlaku yaitu konstitusi RIS dan juga undang-undang Dasar 1945 yang menghasilkan UUD 1950.
Hal-hal yang melemahkan persatuan dan kesatuan :
1)      Dalam Konstitusi Republik Indonesia Serikat tahun 1949
Ø  Bentuk Negara = Serikat atau Federasi dengan 15 bagian
Ø  Bentuk Pemerintahan = Republik
Ø  Sistem Pemerintahan = Sistem Parlementer kabinet semu
2)      Adanya Gerakan-gerakan Separatis
Ø             Gerakan APRA
Latar belakang
Gerakan pemberontakan APRA timbul dari kalangan Koninklijke Nederlands-Indische Leger (KNIL), Tentara Kerajaan Hindia Belanda.Banyak angota KNIL yang tidak puas terhadap hasil keputusan KMB mengenai terbentuknya RIS.APRA mempunyai maksud untuk mempertahankan bentuk negara federal         diIndonesia, yaitu negara Pasundan.
Jalannya peristiwa
Gerakan APRA dipimpin oleh kapten Raymond Westerling.Pada tahun 1950,APRA mengajukan Ultimatum ke pemerintah Republik Indonesia Serikat dan negara Pasundan yang berisikan tentang tuntutan-tuntutan supaya APRA di akui menjadi tentara negara Pasundan. Selanjutnya APRA melakukan penyerangan dikota Bandung dan akhirnya sukses menduduki dan mengambil alih markas Divisi Siliwangi. Hal ini membuat 79 anggota dari APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) gugur dan termasuk salah satunya adalah Letnan Kolonel Lembong,Selain itu APRA juga berniat untuk menculik Sultan Hamengku             Buwono IX, T.B. Simatupang.
Upaya Penyelesaian
Pemerintah RIS segera bereaksi untuk menghentikan APRA, Mohammad Hatta selaku Perdana Menteri RIS mengutuskan pasukan-pasukan nya menuju kota Bandung dan juga menyelenggarakan sebuah perundingan dengan para komisaris tinggi dari Belanda di JakartaAlhasil dari perundingan yang dilakukan oleh Perdana Menteri Republik Indonesia Serikat (RIS) tersebut, Raymond Westerling   didesak agar segera meninggalkan kota Bandung.Adapun APRA juga semakin merasa didesak serta terus menerus di kejar oleh para pasukan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) dengan bersama-sama rakyat dan pada akhirnya gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) pun bisa dilumpuhkan dan di kuasai.
  
Ø            Pemberontakan Andi aziz
Latar Belakang
Pemberontakan di bawah naungan Andi Azis ini terjadi di Makassar yang diawali dengan adanya konflik di Sulawesi Selatan pada bulan April 1950. Kekacauan yang berlangsung di Makassar ini terjadi karena adanya demonstrasi dari kelompok masyarakat yang anti federal, mereka mendesak NIT supaya segera menggabungkan diri dengan RI. Sementara itu di sisi lain terjadi sebuah konflik dari kelompok yang mendukung terbentuknya Negara Federal. Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya kegaduhan dan ketegangan di masyarakat.


Untuk menjaga keamanan di lingkungan masyarakat, maka pada tanggal 5 April 1950 pemerintah mengutus pasukan TNI sebanyak satu Batalion dari Jawa untuk mengamankan daerah tersebut. Namun kedatangan TNI ke daerah tersebut dinilai mengancam kedudukan kelompok masyaraat pro-federal. Selanjutnya para kelompok masyarakat pro-federal ini bergabung dan membentuk sebuah pasukan “Pasukan Bebas” di bawah komando kapten Andi Azis. Ia menganggap bahwa masalah keamanan di Sulawesi Selatan menjadi tanggung jawabnya.
Kronologi 
Pada tanggal 5 April 1950, anggota pasukan Andi Azis menyerang markas Tentara Nesional Indonesia (TNI) yang bertempat di Makassar, dan mereka pun berhasil menguasainya. Bahkan, Letkol Mokoginta berhasil ditawan oleh pasukan Andi Azis. Akhirnya, Ir.P.D Diapri (Perdana Mentri NIT) mengundurkan diri karena tidak setuju dengan apa yang sudah dilakukan oleh Andi Azis dan ia digantikan oleh Ir. Putuhena yang pro-RI.

Pada tanggal 8 April 1950 pemerintah memberikan perintah kepada Andi Azis bahwa setiap 4 x 24 Jam ia harus melaporkan diri ke Jakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatan yang sudah ia lakukan. Untuk pasukan yang terlibat dalam pemberontakan tersebut diperintahkan untuk menyerahkan diri dan melepaskan semua tawanan. Pada waktu yang sama, dikirim pasukan yang dipimpin oleh A.E. Kawilarang untuk melakukan operasi militer di Sulawesi Selatan.

Tanggal 15 April 1950, Andi Azis pergi ke Jakarta setelah didesak oleh Sukawati, Presiden dari Negara NIT. Namun karena keterlambatannya untuk melapor, Andi Azis akhirnya ditangkap dan diadili untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya,
Pada tanggal 21 April 1950, pasukan TNI yang dipimpin oleh Mayor H. V Worang ini berhasil menguasai Makassar tanpa adanya perlawanan dari pihak pemberontak.

Pada Tanggal 26 April 1950, anggota ekspedisi yang dipimpin oleh A.E Kawilarang mendarat di daratan Sulawesi Selatan. Para anggota KL-KNIL memprovokasi dan memancing emosi yang menimbulkan terjadinya bentrok antara pasukan KL-KNIL dengan pasukan APRIS.
Pertempuran antara pasukan APRIS dengan KL-KNIL berlangsung pada tanggal 5 Agustus 1950. Kota Makassar pada saat itu sedang berada dalam kondisi yang sangat menegangkan karena terjadinya peperangan antara pasukan KL-KNIL dengan APRIS. Pada pertempuran tersebut pasukan APRIS berhasil menaklukan lawan.
Tanggal 8 Agustus 1950, pihak KL-KNIL meminta untuk berunding ketika menyadari bahwa kedudukannya sudah tidak menguntungkan lagi untuk perperang dan melawan serangan dari lawan. Perundingan tersebut akhirnya dilakukan oleh Kolonel A.E Kawilarang dari pihak RI dan Mayor Jendral Scheffelaar dari pihak KL-KNIL. Hasil perundingan kedua belah pihakpun setuju untuk menghentikan baku tembak yang menyebabkan terjadinya kegaduhan di daerah Makassar tersebut, dan dalam waktu dua hari pasukan KNIL harus meninggalkan Makassar.
Meninggalnya Kapten Andi Azis
Pada tanggal 30 Januari 1984 Andi Abdoel Azis meninggal di Rumah Sakit Husada Jakarta karena serangan jantung yang dideritanya. Andi Azis meninggalkan seorang Istri dan jenasahnya diterbangkan dari Jakarta Ke Sulawesi Selatan.
HIkmah dari Pemberontakan 
Kapten Andi Abdoel Azis, ia adalah seorang pemberontak yang tidak pernah menyakiti dan membunuh orang untuk kepentingan pribadinya. Ia hanyalah korban propaganda dari Belanda, karena kebutaannya terhadap dunia politik. Andi Azis adalah seorang militer sejati yang mencoba untuk mempertahankan kesatuan Negara Republik Indonesia pada masa itu, dan dalam kesehariannya, seorang Andi Azis cukup dipandang dan dihargai oleh masyarakat suku Bugis Makassar yang bertempat tinggal di Tanjung Priok, Jakarta. Disanalah Andi Azis diakui sebagai salah satu sesepuh yang selalu dimintai nasehat oleh para penduduk tentang bagaimana cara menjadikan suku Bugis Makassar supaya tetap dalam keadaan rukun dan sejahtera.

Andi Azis dikenal juga sebagai orang yang murah hati dan suka menolong. Ia selalu berpesan kepada anak-anak angkatnya bahwa “Siapapun boleh dibawa masuk ke dalam rumahnya kecuali 3 jenis manusia yaitu pemabuk, penjudi, dan pemain perempuan.
Seorang Andi Azis patut kita jadikan sebagai bahan pembelajaran bahwa kita selama hidup di dunia ini jangan terlalu percaya sama apa yang orang lain katakan, percayalah kepada hati nurani, jangan terlalu percaya sama orang lain karena orang itu belum tentu bisa mengajak kita ke jalan yang benar dan mungkin malah mengajak kita untuk berbuat salah. Maka dari itu, alangkah lebih baiknya kita harus berwaspada dan berhati-hati dalam mempercayai orang lain

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.