Semangat Subuh …

“Akhirnya, saya gagal.” Terkadang kita memang harus jujur pada diri sendiri tentang apa yang terjadi. Seperti yang saya alami sekarang, bahwa saya harus menerima kegagalan.

Semua ini tentang sebuah planning yang sudah saya persiapkan sedetail mungkin, menelan biaya belasan juta rupiah, dan kerugian yang paling besar tentu saja karena menguras waktu dan tenaga.

Tenyata saat hari H itu tiba, sebagian besar prediksi saya tidak terjadi. Berbagai perhitungan yang sudah saya kalkulasi dengan sangat teliti, semuanya ambyar.

Bukankah kita semua pernah merasa demikian? Sesuatu yang tampak mudah, amat meyakinkan sekali bahwa kita pasti bisa berhasil, namun begitu dijalankan ternyata pil pahit kerugian yang didapat.

Saya ingat pada masa-masa ketika dalam tahap mempersiapkan rencana besar tersebut, saya katakan kepada istri, “Insya Allah kalau semua sudah dijalankan, kita akan mencapai kesuksesan.” Kenyataannya? Justru sebaliknya.

Perihal ucapan insya Allah yang terkait dengan rencana seorang manusia, pernah dikisahkan dalam Al-Qur’an melalui redaksi ayat yang mirip. Pertama diucapkan oleh Nabi Ismail, dan kedua diucapkan oleh Nabi Musa.

قَالَ يَٰأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّبِرِينَ

Ismail berkata, “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”

(Surat As-Saffat: 102)

قَالَ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ صَابِرًا وَلَآ أَعْصِى لَكَ أَمْرًا

Musa berkata, “Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun.”

(Surat Al-Kahfi: 69)

Renungkanlah kedua ayat suci di atas, kedua Nabi yang mulia sama-sama akan berjuang menjadi orang yang sabar. Nabi Ismail dalam pengurbanan oleh ayahnya, adapun Nabi Musa dalam pengajaran oleh Nabi Khidir.

Namun sejarah mencatat, bahwa Nabi Ismail berhasil membuktikan kesabaran hingga detik terakhir ia dikurbankan. Sedangkan Nabi Musa tidak mampu menahan kesabarannya demi menyaksikan perbuatan-perbuatan aneh yang terjadi di depan matanya.

Usaha Nabi Musa untuk bersabar akhirnya gagal. Namun bukan berarti semuanya sia-sia. Kisah antara Nabi Musa dan Nabi Khidir mewariskan banyak sekali pelajaran serta hikmah yang berharga bagi seluruh umat manusia hingga hari ini.

Cobalah buka kitab-kitab tafsir, alangkah banyaknya para ulama yang menguraikan hikmah apa saja gerangan yang diajarkan dari peristiwa tersebut. Ini artinya, gagal juga ada manfaatnya.

Kita boleh kecewa jika sedang gagal, asal jangan melempem. Tak apa-apa berduka karena sudah gagal, tapi jangan lembek. Kita harus sadari jika gagal hari ini, berarti memang hanya hari ini kegagalan tersebut. Bukan seluruh hidup kita.

Masih tentang Nabi Musa, mari kita saksikan bagaimana tekad beliau saat mencari petunjuk tentang keberadaan Nabi Khidir dalam surat Al-Kahfi ayat 60. Berbagai halang rintang dilalui, lapar dan lara dihadapi, beliau tetap berkata,

لَآ أَبْرَحُ

“Aku tidak akan berhenti!”

Mengapa tidak kita ucapkan dengan lantang kalimat agung ini kepada diri sendiri. Laa Abrohu! Kita memang gagal, tetapi tidak akan berhenti mencoba. Laa Abrohu! Gagal hari ini, bangun lagi esok hari. Laa Abrohu! Jika kegagalan menutup satu jalan yang lama, kita akan membuka seribu jalan yang baru.

Salam Bertumbuh.
⏰ Ada rezeki baru jika kita mau mencoba kehidupan yang baru!

?️disadur dari Ustad Arafat

Selamat menjalankan ibadah sholat subuh, semoga Allah menerima amal ibadah kita Aamiin

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.