Terkadang, kita tak dapat begitu saja menerima kehadiran dari batasan-batasan, terlebih mereka yang tetiba mencuat dari antah berantah. Hal ini menyebabkan kita acapkali tak sadar, tak siap, atau bahkan tak cukup berani untuk berhenti dan menuruti kemauannya. Bantahan keras nan membabi buta yang didorong oleh kebulatan tekad melebur dengan keterkejutan dan ketidaksiapan, menjelma tombak perlawanan yang siap menembus segala batas yang hadir dan dianggap murni sebagai halangan atau ganjalan di permukaan. Begitu gigih kita melawan, hingga luput dari pandangan dan pikiran bahwa keputusan yang hadir sebagai respon alamiah tersebut memendam berbagai ganjaran yang siap menumpaskan. Bebal, kita menari dalam marabahaya.

Jangan Lupa Baca Juga : “Serupa Semula”: Permohonan Maaf yang Tulus dan Deklarasi Cinta RAYHAN NOOR kepada Orang Tuanya

Barangkali, demikian uraian singkat untuk mempermudah pemahaman khalayak mengenai single ketiga Salim Lubis, “Juwita, Citra Karunia”, yang dirilis tertanggal 26 Mei 2023. Ia percaya bahwa bahtera yang tegak mampu mengarungi ombak karena ditopang oleh fondasi yang padat. Kepercayaan ini turut diaplikasikan dalam perjalanannya bermusik. Setelah “Ketidakpastian Yang Pasti” dan “Merah”, “Juwita, Citra Karunia” dihadirkan untuk memperkokoh fondasi, mempertegas warna, sekaligus perlahan memperkenalkan bagaimana wujud mini album yang akan ia rilis di tahun ini.


Pengembaraannya dengan Fathan Haikal M (MAGANDA) selaku kompatriotnya bermusik kian tangkas dan erat. Visi untuk menciptakan karya bernuansa megah melalui pendekatan teatrikal terus dilancarkan melalui sajian string sections, serta liukan harmonisasi yang membuat pendengar timbul tenggelam di dalamnya. Selama proses produksi, mereka turut dibantu oleh Rafael Pahlevi yang melumuri lagu dengan isian keyboard, synthesizers, serta pad yang menuntun khalayak untuk mengarungi lagu ini. Turut hadir pula Aufa Kantadiredja yang bersama Salim Lubis dan Fathan Haikal meliuk-liuk membangun harmonisasi vokal, lalu seakan meninggalkan khalayak tersesat dalam lukisan Van Gogh yang bernuansa terang, namun juga muram. Finalisasi produksi ini ditutup dengan eksekusi elegan oleh Barirul yang diserahi estafet tanggung jawab atas tahap mixing dan
mastering.

Pada akhirnya, meski tak tercapai angan, terpaksa kita terima dengan lapang, bahwa terkadang keputusan terbaik adalah meredam kegigihan guna menyajikan perlindungan melalui kebungkaman. Ah, masih begitu indahnya keanggunan yang terbalut kekacauan!

 

Lihat postingan ini di Instagram

 

Sebuah kiriman dibagikan oleh @salimrlubis

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.