Life Would Be Easier berusaha bilang bahwa Mungkin kehidupan akan terasa lebih ringan jika kita dapat mengatasi ketakutan-ketakutan yang telah tertanam dalam pikiran kita dengan cara melepaskannya. Ketakutan tersebut bisa berupa hubungan yang tidak sehat, lingkungan yang toxic, atau jargon-jargon pembangunan berkelanjutan yang sok asyik dan tidak ramah lingkungan.

Selokan Belakang sendiri adalah unit bersenang-senang berbasis irama sejak 2022 dari tempat paling yoyoi sedunia – dekat selokan belakang kampus FIB Unej. Dipunggawai oleh Empat pemuda kabupaten yaitu Hasanudin Haqi (Drum), Bagus Khairurrizqi (Gitar), Haykal Somadhani ( Bass), dan Muhammad Iqbal (Vocal, Gitar) dengan mengsusung aliran garage rock, post punk revival, Selokan Belakang siap mengajak pendengarnya untuk menemukan celah bergembira bersama dalam dunia yang mekanis, repetitif dan biasa-biasa saja ini.

“konon ada sekitar 1312 cara untuk menghilangkan ketakutan yang terlanjur mengakar di batok kepala. kami akan membocorkan beberapa cara paling tidak merepotkan untuk teman-teman, sebagai persiapan menghadapi tahun-tahun di bawah langit authoritarian. berikut adalah tiga cara menghilangkan ketakutan yang kami pilih atas dasar subjektivitas dan pertimbangan yang santai-santai saja :

pertama, memelihara ayam ketawa. Ben Anderson, indonesianis gaul itu pernah bilang bahwa ketawa adalah senjata yang kuat juga. Penguasa biasanya masa bodo kalau dibenci, tapi kalangkabut kalau ditertawakan. Dengan ayam ketawa kalian bisa belajar untuk tertawa pada apa saja termasuk penguasa.

Kedua, mendengarkan single kami tentu saja. cari “Life would be easier” di semua digital streaming platfom. Dengarkan dan jadilah berani dengan gaya.

ketiga, asli males ngetik lek, ntar kita ngobrol aja lah, habis kalian dengarkan single kami. Ada fitur namanya direct message, gunakan itu untuk mengobrol bersama kami. tidak perlu sungkan sebab kita adalah teman.” Tulis mereka di Caption IG mereka

Artwork LIFE WOULD BE EASIER
Cover Single Life Would Be Easier garapan Aditya Octo terinspirasi kisah teman mereka yang bernama Nyala. Pahit-manis-kecut perjalanan Nyala sebagai mahasiswa tua Jurusan Sastra selalu direspon dengan tertawa dan sebats. Artwork dibuat mirip dengan Nyala, berambut keriting bobs, berflanel, dan bertopi flatcap ala-ala peaky blinders. Sosok Nyala juga merepresentasikan diksi ‘selokan belakang’ selalu nongkrong di area belakang kampus dengan harapan juga memperkenalkan unit bersenang-senang kami dengan berbasis irama.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Selokan Belakang (@selokanbelakang)

Jangan Lupa Baca Juga : Bryan Tanadi Tjandra Luncurkan Single Perdananya Berjudul “Tired Of Overthinking”

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.