Contoh 1
Pelaksanaan Kegiatan PMA Tidak Efektif
Untuk meningkatkan pemahaman siswa pada materi pelajaran, waka kurikulum SMA 1 Bmengadakan kegiatan PMA (Pendalaman Materi Akademik). PMA ini adalah sebuah tambahan jam pelajaran untuk mengerjakan dan membahas soal-soal materi terkait ujian nasional dan ujian sekolah. Walaupun PMA ini tidak diwajibkan untuk diikuti semua siswa kelas XII, guru-guru tetap menyarankan agar siswa tetap mengikuti kegiatan ini karena akan sangat membantu mempersiapkan ujian-ujian yang akan datang.
PMA dilaksanakan setiap hari yaitu hari Senin-Jumat. Lima hari tersebut diisi oleh satu mata pelajaran yang berbeda setiap harinya. Khusus pada hari Jumat PMA diisi oleh dua mata pelajaran karena hari Jumat merupakan hari pendek sehingga kbm berakhir lebih awal. Dengan dilaksanakan PMA setiap hari tersebut banyak siswa yang mengeluh mereka lelah. Jam pulang siswa menjadi lebih sore dan mereka tidak memiliki waktu untuk beristirahat. Bagaimana mau beristirahat kalau tugas sekolah yang banyak membuat siswa pulang dari sekolah tidak dapat langsung beristirahat namun harus mengerjakan tugas yang menumpuk tersebut.
Walaupun hanya dilaksanakan satu jam setelah kegiatan belajar mengajar selesai, namun tidak semua siswa dapat memahami materi yang disampaikan di kelas PMA tersebut. Mereka terlanjur lelah belajar seharian sehingga otak mereka tidak dapat berkonsentrasi dengan baik. Ditambah lagi SMA 1 B telah menerapkan kegiatan lima hari sekolah jadi KBM berakhir pada pukul 15.30. Alangkah lebih baik kalau siswa sudah dapat beristirahat dari kegiatan yang berkaitan dengan akademik.
Namun bukan berati kegiatan PMA ini berdampak negatif bagi siswa. PMA ini akan sangat bermanfaat bagi siswa jika pelaksanaannya lebih tepat. Jika PMA di sore hari membuat siswa semakin lelah dan tidak dapat konsentrasi dengan baik, maka pelaksanaan PMA dapat diganti menjadi sebelum kegiatan KBM dimulai. Misalnya pada pukul 06.15 sampai pukul 07.00 atau 07.15. Namun konsekuensinya siswa harus datang lebih pagi dari biasanya. Walaupun begitu, kondisi siswa pada saat pagi hari masih fresh dan memiliki konsentrasi yang baik.
Contoh 2
Renovasi Ruang Pertemuan yang Megah
Tidak ada yang salah dengan adanya renovasi ruang pertemuan. Mengubah suatu ruangan menjadi lebih megah dan juga indah tentu merupakan tujuan dilakukannya renovasi ini. Dengan budget yang tidak sedikit ruangan ini disulap menjadi seperti ruangan di hotel berbintang 5.
Ruang pertemuan yang telah direnovasi ini berada di SMA N 1 B, dan bernama ruang Jodipati. Perenovasian ruang Jodipati dilakukan pada tahun 2018. Tepatnya, setelah pembangunan ulang Masjid Baiturrahman di SMA N 1 B selesai. Hal ini tentunya, memberikan banyak kritik dari warga sekolah karena dalam pembayaran pembangunan ulang masjid itu pun masih mengalami penundaan.
Tidak hanya itu, banyak juga warga sekolah yang menyayangkan karena pengalokasian dana sekolah kurang tepat. Mereka berpendapat bahwa perbaikan sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran harusnya lebih diutamakan daripada mempermegah ruangan. Sebab, memang banyak sekali sarana dan prasarana di sekolah yang kondisinya sudah rusak dan harus segera diperbaiki.
Misalnya saja kerusakan LCD proyektor, kerusakan speaker, kerusakan wastafel, kurangnya fasilitas kamar mandi dan ruang ganti, serta minimnya jaringan internet wifi. Kondisi seperti itulah, yang membuat sebagian warga sekolah merasa bahwa renovasi megah-megahan yang dilakukan hanyalah menghambur-hamburkan dana sekolah. Lebih dari itu, penggunaan ruang Jodipati yang hanya diperbolehkan untuk acara ekstern sekolah juga membuat renovasi yang dilakukan ini terkesan kurang efektif dan efisien. Sebab, penggunaannya yang cukup jarang.
Untuk itu, akankah lebih baik jika pengalokasian dana digunakan untuk hal yang lebih urgent. Daripada digunakan untuk terus-terusan membangun dan merenovasi ruangan agar lebih megah. Namun, kerusakan sarana dan prasarana sekolah terabaikan.
Contoh 3
Di Balik Sekolah Adiwiyata Nasional
SMA N 1 B merupakan sekolah adiwiyata yang berlokasi di Kabupaten B. Sekolah ini telah diakui secara nasional menjadi Sekolah Adiwiyata Nasional pada tahun 2018 di bawah bimbingan ibu Dra. Titi Prawiti Sariningsih M. Pd. SMA N 1 B mempunyai berbagai fasilitas dan program kerja yang memenuhi standar adiwiyata, tidak hanya itu, warga sekolahnya pun turut berpatisipasi dalam program tersebut.
Beberapa bulan yang lalu SMA N 1 B berhasil meraih sekolah Adiwiyata tingkat nasional. Predikat tersebut menambah daftar prestasi bergengsi yang diraih oleh SMA N 1 B. Program adiwiyata di SMA N 1 B dimaksudkan agar seluruh warga sekolah ikut terlibat aktif dalam menjaga lingkungan sekolah dan dengan menjadi sekolah adiwiyata diharapkan lingkungan belajar di sekolah ini dapat menjadi lebih nyaman untuk belajar.
Seiring berjalannya waktu, fasilitas yang mendukung dalam suksesnya SMA N 1 B menjadi sekolah adiwiyata mulai terbengkalai dan tidak terawat. Seperti bank sampah yang dulu menjadi salah satu program utama sekolah, sekarang menjadi tempat yang kurang terawat. Kini, bank sampah telah beralih fungsi menjadi tempat pembuangan dan penyimpanan sampah kardus dan sebagainya tanpa ada daur ulang maupun dijual.
Hal yang sama juga terjadi pada sebuah ruang ganti di sebelah XII IPA 7. Pintu rusak yang seharunya diperbaiki agar ruang ganti tersebut dapat digunakan kembali nyatanya tidak diperbaiki. Sebaliknya, tempat tersebut dijadikan gudang dan tempat menaruh barang-barang yang sudah tidak terpakai.
Kita berkeyakinan, bahwa mendapat predikat adiwiyata itu penting, yang lebih penting lagi adalah tetap menjalan program-program unggulan tersebut tetap berjalan. Dalam prespektif inilah kita melihat peranan adiwiyata. Melalui kegiatan ini kita dapat benar-benar mengukur seberapa siapkah kita menerima predikat sebagai sekolah adiwiyata. Apakah hal itu hanya untuk kepentingan kelompok tertentu atau benar-benar untuk warga sekolah.
Gelar adiwiyata yang disandang SMA N 1 B seharusnya bisa dijaga dan terus ditingkatkan melalui perawatan fasilitas dan pembaharuan program kerjanya. Bukan malah sebaliknya, gelar adiwiayat yang disandang tidak diikuti dengan sarana dan prasarana yang ada saat ini.
Analisis :
1.Kata Populer
Belajar
Tidak terawat
Pembuangan
Penyimpanan
Daur ulang
2. Kata Ilmiah
Fasilitas
Program
Adiwiyata
Pembaharuan program
Sarana dan prasarana
Prespektif
3. Kalimat Retoris
Tidak ditemukan
4. Kata Ganti Penunjuk
Melalui kegiatan ini kita dapat benar-benar mengukur seberapa siapkah kita menerima predikat sebagai sekolah adiwiyata.
Kita berkeyakinan, bahwa mendapat predikat adiwiyata itu penting
Sekolah ini telah diakui secara nasional menjadi Sekolah Adiwiyata Nasional
Pintu rusak yang seharunya diperbaiki agar ruang ganti tersebut dapat digunakan kembali nyatanya tidak diperbaiki.
5. Konjungsi Kausalitas
Tidak ada
6. Kalimat Fakta
SMA N 1 B merupakan sekolah adiwiyata yang berlokasi di Kabupaten B. Sekolah ini telah diakui secara nasional menjadi Sekolah Adiwiyata Nasional pada tahun 2018 di bawah bimbingan ibu Dra. Titi Prawiti Sariningsih M. Pd.
Kini, bank sampah telah beralih fungsi menjadi tempat pembuangan dan penyimpanan sampah kardus dan sebagainya tanpa ada daur ulang maupun dijual.
Hal yang sama juga terjadi pada sebuah ruang ganti di sebelah XII IPA 7. Pintu rusak yang seharunya diperbaiki agar ruang ganti tersebut dapat digunakan kembali nyatanya tidak diperbaiki.
Sebaliknya, tempat tersebut dijadikan gudang dan tempat menaruh barang-barang yang sudah tidak terpakai.
7. Kalimat Opini
Kita berkeyakinan, bahwa mendapat predikat adiwiyata itu penting, yang lebih penting lagi adalah tetap menjalan program-program unggulan tersebut tetap berjalan.
Melalui kegiatan ini kita dapat benar-benar mengukur seberapa siapkah kita menerima predikat sebagai sekolah adiwiyata.
Gelar adiwiyata yang disandang SMA N 1 B seharusnya bisa dijaga dan terus ditingkatkan melalui perawatan fasilitas dan pembaharuan program kerjanya.
Program adiwiyata di SMA N 1 B dimaksudkan agar seluruh warga sekolah ikut terlibat aktif dalam menjaga lingkungan sekolah dan dengan menjadi sekolah adiwiyata diharapkan lingkungan belajar di sekolah ini dapat menjadi lebih nyaman untuk belajar.
8. Kalimat Solusi
Kita berkeyakinan, bahwa mendapat predikat adiwiyata itu penting, yang lebih penting lagi adalah tetap menjalan program-program unggulan tersebut tetap berjalan. Dalam prespektif inilah kita melihat peranan adiwiyata. Melalui kegiatan ini kita dapat benar-benar mengukur seberapa siapkah kita menerima predikat sebagai sekolah adiwiyata. Apakah hal itu hanya untuk kepentingan kelompok tertentu atau benar-benar untuk warga sekolah.
Gelar adiwiyata yang disandang SMA N 1 B seharusnya bisa dijaga dan terus ditingkatkan melalui perawatan fasilitas dan pembaharuan program kerjanya. Bukan malah sebaliknya, gelar adiwiayat yang disandang tidak diikuti dengan sarana dan prasarana yang ada saat ini.
Contoh 4
Fasilitas Sekolah yang Tidak Sesuai
SMA N 1 B merupakan sekolah yang termasuk kejajaran sekolah yang diperhitungkan. Namun beberapa fasilitas di dalamnya memiliki beberapa kekurangan dan beralih fungsi seperti proyektor dan perangkat berupa kabel juga peraudioan yang kadang sulit difungsikan sehingga terjadi trouble. Murid dan guru jurusan ips mengeluhkan juga bahwa Lab IPS yang seharusnya digunakan siswa beralih fungsi.
Selain itu Ruang ganti para siswa yang seharusnya digunakan untuk berganti pakaian ketika akan olahraga ataupun ekstrakulikuler juga beralih fungsi menjadi tempat menumpuknya sampah ataupun Gudang. Contohnya saja Gudang suatu organisasi.
Beberapa ruangan kelas memiliki proyektor dan perangkatnya yang tidak sesuai dan tidak segera diperbaiki. Permasalahan tersebut seperti proyektor yang berubah warna menjadi tidak sesuai dengan apa yang sedang ditampilkan, kabel audio yang susah untuk menyambungkan dan membunyikan. Hal ini menyebabkan waktu pembelajaran menjadi sedikit tertunda karena harus menyeting hal-hal ini terlebih dahulu.
Banyak siswa dan guru mata pelajaran pada jurusan ips mengeluhkan berubahnya fungsi Lab Ips, sehingga menjadikan siswa jurusan ips menjadi tidak memiliki lab. Guru pun juga mengeluh bahwa beberapa inventaris bahan ajar juga banyak yang menghilang. Sehingga pembelajaran menjadi kurang bervariasi.
Ruang ganti yang beralih fungsi menjadi tempat sampah dan Gudang organisasi memiliki alasan tertentu, alasan mendasar organisasi mengambil ruang ganti menjadi Gudang karena inventaris organisasi bernilai mahal sehingga akan rusak bila tidak disimpan dalam ruangan tertentu dan dapat hilang juga, hal inilah yang membuat organisasi meminta ruangan, namun karena sekolah tidak memberikan maka organisasi mengambil ruangan tertentu. Contohnya organisasi dewan ambalan yang memiliki inventaris jutaan namun tidak memiliki ruangan sehingga dengan terpaksa mengambil ruang ganti tersebut.
Untuk itu pihak sekolah seharusnya rutin mengecek, dan merespon keluhan siswa bila terjadi kerusakan pada fasilitas sekolah, agar tidak mengganggu proses belajar mengajar. Untuk lab ips sebaiknya segera dikembalikan secepatnya karena akan menunjang pembelajaran siswa. Sekolah juga harus memperhatikan keadaan organisasi sekolah. Sehingga siswa tidak sembarangan mengambil ruangan, hal ini juga dapat berakibat hilangnya keindahan sekolah.
Analisis
A. Struktur
Masalah, pernyataan umum, Thesis
|
SMA N 1 B merupakan sekolah yang termasuk kejajaran sekolah yang diperhitungkan. Namun beberapa fasilitas di dalamnya memiliki beberapa kekurangan dan beralih fungsi seperti proyektor dan perangkat berupa kabel juga peraudioan yang kadang sulit difungsikan sehingga terjadi trouble. Murid dan guru jurusan ips mengeluhkan juga bahwa Lab IPS yang seharusnya digunakan siswa beralih fungsi.
Selain itu Ruang ganti para siswa yang seharusnya digunakan untuk berganti pakaian ketika akan olahraga ataupun ekstrakulikuler juga beralih fungsi menjadi tempat menumpuknya sampah ataupun Gudang. Contohnya saja Gudang suatu organisasi.
|
Argumentasi
|
Beberapa ruangan kelas memiliki proyektor dan perangkatnya yang tidak sesuai dan tidak segera diperbaiki. Permasalahan tersebut seperti proyektor yang berubah warna menjadi tidak sesuai dengan apa yang sedang ditampilkan, kabel audio yang susah untuk menyambungkan dan membunyikan. Hal ini menyebabkan waktu pembelajaran menjadi sedikit tertunda karena harus menyeting hal-hal ini terlebih dahulu.
Banyak siswa dan guru mata pelajaran pada jurusan ips mengeluhkan berubahnya fungsi Lab Ips, sehingga menjadikan siswa jurusan ips menjadi tidak memiliki lab. Guru pun juga mengeluh bahwa beberapa inventaris bahan ajar juga banyak yang menghilang. Sehingga pembelajaran menjadi kurang bervariasi.
Ruang ganti yang beralih fungsi menjadi tempat sampah dan Gudang organisasi memiliki alasan tertentu, alasan mendasar organisasi mengambil ruang ganti menjadi Gudang karena inventaris organisasi bernilai mahal sehingga akan rusak bila tidak disimpan dalam ruangan tertentu dan dapat hilang juga, hal inilah yang membuat organisasi meminta ruangan, namun karena sekolah tidak memberikan maka organisasi mengambil ruangan tertentu. Contohnya organisasi dewan ambalan yang memiliki inventaris jutaan namun tidak memiliki ruangan sehingga dengan terpaksa mengambil ruang ganti tersebut.
|
Solusi, pemecahan masalah, penegasan ulang.
|
Untuk itu pihak sekolah seharusnya rutin mengecek, dan merespon keluhan siswa bila terjadi kerusakan pada fasilitas sekolah, agar tidak mengganggu proses belajar mengajar. Untuk lab ips sebaiknya segera dikembalikan secepatnya karena akan menunjang pembelajaran siswa. Sekolah juga harus memperhatikan keadaan organisasi sekolah. Sehingga siswa tidak sembarangan mengambil ruangan, hal ini juga dapat berakibat hilangnya keindahan sekolah.
|
B. Kata Ganti penunjuk
Hal ini menyebabkan waktu pembelajaran menjadi sedikit tertunda karena harus menyeting hal-hal ini terlebih dahulu.
…tertentu dan dapat hilang juga, hal inilah yang membuat organisasi meminta ruangan, namun karena sekolah tidak memberikan maka organisasi mengambil ruangan tertentu.
Permasalahan tersebut seperti proyektor yang berubah warna menjadi tidak sesuai dengan apa yang sedang ditampilkan, kabel audio yang susah untuk menyambungkan dan membunyikan.
…Jutaan namun tidak memiliki ruangan sehingga dengan terpaksa mengambil ruang ganti tersebut.
C. Solusi
Untuk itu pihak sekolah seharusnya rutin mengecek, dan merespon keluhan siswa bila terjadi kerusakan pada fasilitas sekolah, agar tidak mengganggu proses belajar mengajar. Untuk lab ips sebaiknya segera dikembalikan secepatnya karena akan menunjang pembelajaran siswa. Sekolah juga harus memperhatikan keadaan organisasi sekolah. Sehingga siswa tidak sembarangan mengambil ruangan, hal ini juga dapat berakibat hilangnya keindahan sekolah.
D. Kalimat fakta
Namun beberapa fasilitas di dalamnya memiliki beberapa kekurangan dan beralih fungsi seperti proyektor dan perangkat berupa kabel juga peraudioan yang kadang sulit difungsikan sehingga terjadi trouble.
Murid dan guru jurusan ips mengeluhkan juga bahwa Lab IPS yang seharusnya digunakan siswa beralih fungsi.
Selain itu Ruang ganti para siswa yang seharusnya digunakan untuk berganti pakaian ketika akan olahraga ataupun ekstrakulikuler juga beralih fungsi menjadi tempat menumpuknya sampah ataupun Gudang. Contohnya saja Gudang suatu organisasi.
E. Kalimat opini
1. Hal ini menyebabkan waktu pembelajaran menjadi sedikit tertunda karena harus menyeting hal-hal ini terlebih dahulu.
2. Sehingga pembelajaran menjadi kurang bervariasi.
F. Kata popular
Kata Populer
|
Kata Kajian
|
Kegiatan
|
Aktivitas
|
Belajar
|
Inventaris
|
Masalah
|
Proyektor
|
sesuai
|
|
G. Kata Kausalitas
1. Hal ini menyebabkan waktu pembelajaran menjadi sedikit tertunda karena harus menyeting hal-hal ini terlebih dahulu.
2. Untuk lab ips sebaiknya segera dikembalikan secepatnya karena akan menunjang pembelajaran siswa.
3. Namun beberapa fasilitas di dalamnya memiliki beberapa kekurangan dan beralih fungsi seperti proyektor dan perangkat berupa kabel juga peraudioan yang kadang sulit difungsikan sehingga terjadi trouble
4. Sehingga pembelajaran menjadi kurang bervariasi.
Contoh 5
Lapangan Sekolah Kurang
Bingung cari lapangan untuk olahraga adalah yang kadang terjadi di SMA N 1 B pada saat pelajaran olahraga. Keterbatasan lapangan membuat pelajaran olahraga sedikit terganggu. Pasalnya, jumlah dan luas lapangan tidak cukup menampung banyaknya kelas dengan jam pelajaran di waktu yang sama.
Sekolah favorit di B tersebut sebenarnya memiliki 3 buah lapangan. Lapangan utara, lapangan tengah, dan lapangan selatan. Begitu para warga sekolah menyebut lapangan-lapangan yang ada di sekolah mereka. Lapangan utara adalah lapangan multifungsi. Di sebidang tanah, tersedia 3 lapangan sekaligus, yaitu lapangan basket, voli, dan futsal. Kemudian lapangan tengah adalah lapangan upacara yang cukup luas. Lapangan ke tiga adalah lapangan selatan. Lapangan ini adalah lapangan yang terluas. Digunakan untuk upacara dan juga olahraga. Terdapat lapangan badminton, area atletik, dan lapangan basket.
Sebenarnya SMA N 1 B memiliki luas lapangan yang cukup memadai. Namun, di lapangan tengah, terdapat sebuah taman yang cukup luas, posisinya tepat di tengah – tengah lapangan. Hal tersebut yang membuat lapangan tengah tidak dapat digunakan untuk aktivitaas olahraga.
Permasalahan yang muncul antara lain adalah, pertama : lapangan selatan diisi 3-4 kelas sekaligus. Hal tersebut membuat lapangan terasa sesak. Kedua : terdapat kelas yang bersepeda menuju lapangan rumput yang sedikit jauh dari lokasi sekolah. Lapangan tersebut adalah lapangan Guyengan. Bersepeda menuju lapangan tersebut tentu tidak efisien waktu. Ketiga : saat ada proyek gedung selatan, lapangan selatan penuh dengan material. Terdapat satu kelas yang olahraga senam di tempat parkir sepeda motor guru.
Bahkan saat ada pertemuan wali murid, lapangan utara beralih fungsi menjadi tempat parkir motor. Saat para siswa pemanasan sebelum olahraga basket, karyawan sekolah mengintruksikan olahraga di lapangan selatan. “Lha terus saya olahraga dimana?”, gumam Ibu Rusmilah, selaku pengajar mata pelajaran olahraga.
Para siswa memang harus bergantian dalam menggunakan lapangan-lapangan yang ada karena keterbatasan luas yang kurang memadai. Walau begitu, beberapa siswa merasa tidak keberatan akan masalah-masalah diatas. Dan juga bagi siswa yang keberatan, seharusnya intropeksi diri bahwa lahan sekolah yang memang hanya seluas itu, ditambah berorientasi sekolah adiwiyata membuat adanya taman di tengah lapangan.
Analisis :
1. Struktur Teks
1
|
Pernyataan pendapat
|
Paragraf 1
|
2
|
Argumentasi
|
Paragraf 2-4
|
3
|
Penegasan ulang
|
Paragraf 5
|
2. Kata Populer
– Lokasi
– Bingung
– Sesak
3. Kata Ilmiah
– Intropeksi
– Efisien
– Orientasi
– Aktivitas
4. Kalimat Fakta :
– Lapangan tersebut adalah lapangan Guyengan.
– Sekolah favorit di B tersebut sebenarnya memiliki 3 buah lapangan.
5. Kalimat Opini :
– Walau begitu, beberapa siswa merasa tidak keberatan akan masalah-masalah diatas.
– Kemudian lapangan tengah adalah lapangan upacara yang cukup luas.
6. Kata Ganti Petunjuk :
– Sekolah favorit di B tersebut sebenarnya memiliki 3 buah lapangan.
– Begitu para warga sekolah menyebut lapangan-lapangan yang ada di sekolah mereka.
– Lapangan ini adalah lapangan yang terluas.
– Hal tersebut yang membuat lapangan tengah tidak dapat digunakan untuk aktivitaas olahraga.
7. Konjungsi Kausalitas :
– Para siswa memang harus bergantian dalam menggunakan lapangan-lapangan yang ada karena keterbatasan luas yang kurang memadai.
8. Solusi :
Para siswa memang harus bergantian dalam menggunakan lapangan-lapangan yang ada karena keterbatasan luas yang kurang memadai. Walau begitu, beberapa siswa merasa tidak keberatan akan masalah-masalah diatas. Dan juga bagi siswa yang keberatan, seharusnya intropeksi diri bahwa lahan sekolah yang memang hanya seluas itu, ditambah berorientasi sekolah adiwiyata membuat adanya taman di tengah lapangan.
makasih gan, membantu banget buat tugas ane…
jangan lupa kunjungi juga ya
Looper Day